-->
Belajar Perkalian dengan Media Pembelajaran Buah Kertas

Belajar Perkalian dengan Media Pembelajaran Buah Kertas

Banyak siswa yang  mengeluhkan Matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit dan susah dipahami sehingga Matematika seringkali dianggap momok yang menakutkan. Anggapan bahwa Matematika sulit inilah yang menyebabkan anak tidak tertarik lagi untuk belajar bahkan mereka cenderung membenci Matematika. Padahal pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting.

Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, kita tidak bisa lepas dari Matematika. Ketika berbelanja pastinya kita selalu melakukan hitung-hitungan. Para pedagang di pasar dalam  sistem jual beli pasti juga menggunakan Matematika. Bisa dikatakan Matematika adalah ilmu pasti yang sangat besar manfaatnya terutama dalam ilmu sains dan teknologi bahkan bisa juga dikatakan Matematika adalah raja bagi ilmu pengetahuan.

Sebenarnya Matematika Itu Mudah

Bukan hanya siswa saja, ternyata sebagian besar orang juga memiliki pemikiran yang sama bahwa Matematika itu merupakan mata pelajaran yang sulit. Ketika ada PR misalnya, orang tua yang diminta oleh anaknya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD untuk membantu menyelesaikan tugas dari gurunya sering kali mengeluh dan mengatakan Matematika sekarang sulit tidak seperti dulu.

Sebenarnya Matematika itu bukanlah mata pelajaran yang sulit, apalagi sampai menjadi momok yang menakutkan. Justru jika siswa mau belajar dengan sungguh-sungguh, Matematika akan menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Lantas bagaimana cara menumbuhkan motivasi dan minat siswa  terhadap Matematika agar Matematika bukan lagi sebagai momok yang menakutkan? Jawabannya yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran siswa aktif, kreatif dan menyenangkan.

Menggunakan Media Pembelajaran

Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang bagaimana cara belajar perkalian dengan mudah. Solusinya yaitu menggunakan media pembelajaran buah kertas. Cara membuat media pembelajaran buah kertas ini sangat mudah. Bahan yang diperlukan adalah kertas karton bungkus susu formula dan kertas origami. Media pembelajaran ini saya buat berawal dari beberapa siswa kelas 2 yang mengalami kesulitan dalam memahami operasi hitung perkalian.

Seperti yang kita ketahui, materi dasar pelajaran Matematika adalah operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang harus siswa kuasai agar mereka tidak akan mengalami kesulitan ketika mengikuti pelajaran di kelas yang lebih tinggi.

Media pembelajaran perkalian dari kertas

Dan siapa sangka jika metode pembelajaran buah kertas yang saya buat ini ternyata menarik perhatian siswa saya dalam belajar perkalian. Dengan media ini saya menyajikan konsep operasi hitung perkalian khususnya untuk pemula.

Dengan buah-buahan dari kertas ini saya mengajak siswa belajar sambil bermain. Cara memainkannya yaitu dengan menggunakan piring mainan dan buah-buahan kertas. Sebelumnya saya jelaskan kepada mereka bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang. Dalam contoh soal misalnya 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24 . Saya terapkan kepada anak-anak untuk angka yang depan (6) sebagai wadah/piring sementara angka kedua (4) adalah buahnya. Ketika saya meletakkan buah dengan jumlah yang sama (5) ke dalam 4 wadah, anak-anak langsung menghitung wadah dulu kemudian buahnya . Selanjutnya saya minta kepada mereka untuk membuat kalimat Matematika, dengan serentak mereka menjawab 4x5=5+5+5+5 kemudian mereka menghitung jumlah buahnya ada 20.

Pembelajaran perkalian ini juga saya terapkan kepada siswa-siswi saya yang duduk di bangku TK B dan kelas 1 sebagai pengenalan. Dalam mengajar Matematika khususnya perkalian, saya menggunakan konsep perkalian mengikuti konsep yang diajarkan di sekolah-sekolah.

Media pembelajaran dari kertas dan konsep perkalian

Mengapa 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 ? Bukankah akan lebih mudah cara menghitungnya jika 6 x 4 = 6 + 6 + 6 + 6 ? Masih ingat kan kasus PR Matematika anak kelas 2 SD yang menghebohkan dunia maya beberapa tahun yang lalu ? Soal perkalian menjadi polemik hanya karena perbedaan konsep dalam menjawab meskipun jawaban sama-sama benar.

PR Habibie yang disalahkan gurunya

Banyak pakar pendidikan yang mengatakan belajar Matematika itu lebih menekankan kepada proses bukan hasil. Jadi jangan harap anak anda mendapat nilai 100 jika konsep perkalian yang disepakati tidak diterapkan. Ini juga berlaku untuk anak kelas 2 SD yang ada di daerah saya. Untuk yang kelas 3 keatas apakah masih harus menerapkan konsep perkalian ? Saya bukan guru yang mengajar di sekolah-sekolah, namun bukan berarti saya tidak tunduk pada kurikulum. Saya selalu memberikan kebebasan kepada siswa-siswi saya untuk menggunakan cara mana yang menurut mereka paling mudah agar Matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang membosankan.

Baca juga:

2 komentar

enak di pandang blogger bak ini :D bagu ko perbnyak artikelnya:)

Balas

Iya mbak,trima kasih sudah berkunjung...

Balas